Pernahkah kalian mempunyai teman atau kenalan yang pada awalnya kalian melihat dia sebagai sosok yang dingin, sombong, angkuh dan membosankan? Tapi, setelah kalian kenal dia lebih dalam lagi ternyata sifatnya tidak seperti yang kalian lihat dan bayangkan, sifat aslinya justru sangat menyenangkan seperti humoris, perhatian, dan senang menolong. Atau kalian pernah juga melihat seorang wanita yang terlihat tegar, dengan tatapan mata yang angkuh seakan-akan menantang Dunia, dengan sifat yang tidak bisa diatur, dan merasa bisa melakukan semuanya sendiri? Tapi, setelah kalian kenal dia lebih dalam dan dekat, ternyata dia jauh dari yang kalian lihat dan bayangkan lagi, ternyata dia itu tipe wanita yang mudah berkata atau enak diajak ngobrol, wanita manja, dan sangat membutuhkan perhatian dari seseorang yang dikenalnya. Jika kalian pernah merasakan semua fenomena di atas, maka janganlah heran karena fenomena di atas itu bisa dijelaskan dengan Ilmu Pengetahuan.
Fenomena yang pernah kalian jumpai dan alami di atas adalah “kepribadian”, kalian pasti sering bertanya-tanya mengapa yang kita lihat dan prediksi dari diri seseorang sering berbeda dengan kenyataannya saat kalian benar-benar sudah mengenali dengan dekat orang tersebut. Dalam bahasa Inggris, kepribadian disebut personality. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani “persona”, yang berarti topeng. Di dalam pengertian sehari-hari personality mengacu pada gambaran sosial tertentu yang ditreima dari kelompok masyarakat, dimana individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peran yang diterima, dihubungkan dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Istilah personality ini lalu diadopsi oleh orang-orang Roma dan mendapatkan konotasi baru yaitu “sebagaimana seseorang nampak dihadapan orang lain”. Konotasi ini seakan-akan menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah diri orang tersebut yang sebenarnya, jadi mulai agak jelas kan fenomena tentang kasus yang pernah kalian jumpai di atas? Tapi konotasi seperti ini sudah banyak berubah. Yang jelas bahwa para psikolog dan fisuf mulai sepakat bahwa manifestasi kepribadian dapat dilihat dari:
1.Kenyataan yang bersifat biologis (Umwelt)
2.Kenyataan psikologis (Eigenwelt)
3.Kenyataan sosial (Mitwelt)
Ketiga kenyataan tersebut menggejala menjadi satu kesatuan (whole) yang disebut kepribadian. Gordon W. Alport (1897-1967) menyatakan pendapat bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan.
Kata “dinamis” menunjukkan bahwa kepribadian bisa berubah-ubah, dan antar berbagai komponen kepribadian (yaitu sistem-sistem psikofisik) terdapat hubungan yang erat. Hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga secara bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kepribadian tidak sama dengan ciri-ciri fisik yang dapat langsung diturunkan dari orang tua kepada anaknya, meskipun ada sebagian ciri-ciri yang mungkin sama atau diturunkan dari orang tua ke anaknya, namun itu tidak bisa dibilang utuh mirip dengan orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan perkembangan kepribadian yang berbeda-beda antar manusia, walaupun dia dibesarkan di lingkungan yang sama, tapi cara dia mempersepsi dan mendalami setiap hal yang dialami pasti berbeda pada masing-masing manusia.
Pembentukan kepribadian menurut Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, ia membawa potensialitas tertentu. Karakteristik fisik, seperti warna mata dan warna rambut, bentuk tubuh bentuk hidung, seseorang pada dasarnya ditentukan pada saat konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma). Intelegensi dan kemampuan khusus seperti bakat musik dan seni,dalam beberapa hal juga tergantung pada hereditas (faktor keturunan). Ada bukti-bukti yang semakin banyak bahwa perbedaan reaktifitas emosional mungkin bersifat bawaan. Penelitian pada bayi yang baru lahir (Thomas dan Chess dalam Atkinson, dkk, 1993) menemukan bahwa perbedaan karakteristik seperti tingkat keaktifan, rentang perhatian, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan suasana hati pada umumnya, dapat diamati segera setelah melahirkan. Salah seorang bayi mungkin mempunyai karakteristik aktif, mudah terganggu dan mau menerima objek serta orang baru; bayi yang lain mungkin pasif, tekun berkonsentrasi pada suatu aktivitas, dan takut pada hal-hal yang baru. Karakteristik tempramen awal ini cenderung bertahan dalam diri anak yang perkembangannya diikuti selama lebih dari 20 tahun.
Bentuk-bentuk fisik tertentu, misalnya: gemuk-kurus, tinggi-pendek, adalah diturunkan dari orangtua. Tetapi ada juga ciri-ciri fisik yang unik yang kita bawa sejak lahir, termasuk di dalamnya ciri-ciri faali seperti kapasitas otak, kelengkapan dan kepekaan indra tertentu, dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu:
1.Pengaruh Biologis
Kenyataan bahwa perbedaan suasana hati dan tingkat keaktifan dapat diamati segera setelah kelahiran menunjukkan adanya faktor genetik.
2.Pengalaman
Faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan atau pengalaman. Para ahli membedakan dua macam pengalaman yang mempengaruhi manusia, yaitu:
a.Pengalaman umum
Adalah pengalaman yang dihayati oleh hampir semua anggota masyarakat atau bahkan oleh semua manusia.
b.Pengalaman unik
Di luar warisan biologis yang unik dan cara penyampaian budaya tertentu, individu dibentuk oleh pengalaman khusus (unik). Misalnya, penyakit yang disertai pemulihan dalam waktu lama, bisa menimbulkan kegemaran untuk dirawat dan penantian kesembuhan tersebut secara mendalam dapat mempengaruhi kepribadian. Kematian orang tua dapat mengganggu identifikasi peranan sexual yang lazim. Kecelakaan traumatis, membuat kesempatan untuk mempertontonkan kepahlawanan.
Di samping itu, sejak lahir seorang anak sudah membawa ciri-ciri tertentu serta kecenderungan-kecenderungan tertentu, maka reaksinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadapnya bersifat khas. Pengalaman unik ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik, dan tak ada duanya.
Pengalaman umum dan pengalaman unik seseorang berinteraksi dengan potensi bawaan membentuk kepribadian seseorang dan dapat terus berkembang dan berubah selama manusia tersebut masih hidup dan berinteraksi dengan lingkungan.
REFERENSI
Dwi, R., & Hendro, P. (1996). Psikologi umum II, seri diktat kuliah. Jakarta : Universitas Gunadarma
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar