Kesehatan jiwa dapat dilihat lewat tes yang menggunakan metode Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). Dengan model ini, peserta ujian diwajibkan menjawab 566 butir soal. Materinya berkisar tentang kegiatan sehari-hari. Soal yang diujikan juga mudah saja, misalnya "Aku ingin jadi penari," "Kadang-kadang aku merasa ingin mengumpat caci," "Aku sekarang ingin jadi wanita," dan "Tidurku sering terganggu dan terjaga." Setiap soal cukup dijawab dengan memilih kata "ya" atau "tidak."
Dari serangkaian materi sepele ini akan muncul kesimpulan tentang sepuluh kondisi jiwa si calon: hypochondriasis (keluhan fisik), depression, schizophrenic (mengalami halusinasi dan kekacauan proses pikir), paranoia (kecurigaan berlebihan), conversion hysteria (sakit jasmani karena pengaruh psikologis), psychopathic deviate (antisosial), masculinity-femininity (mengukur seberapa maskulin dan femininnya seseorang lewat kegiatan yang dilakukan), social introvert (kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain), psychasthenia (ketelitian), dan hypomania (reaksi ketika berhadapan dengan orang banyak).
Hypochondriasis
Adalah gangguan dimana seseorang disibukkan dengan rasa takut mengalami penyakit serius.
Hypochondriasis terjadi paling sering diantara usia 20 dan 30 tahun dan tampak mempengaruhi kedua jenis kelamin secara seimbang. Beberapa orang dengan hypochondriasis juga mengalami depresi atau kegelisahan.
Pada Hypochondriasis, perhatian orang tersebut mengenai penyakit serius seringkali didasarkan pada salah tafsir pada fungsi normal tubuh. Pemeriksaan dan penentraman hati kembali oleh dokter untuk menghilangkan perhatian mereka; orang dengan hypochondriasis cenderung untuk percaya bahwa dokter bagaimanapun juga telah gagal untuk menemukan penyakit yang mendasari.
GEJALA
Hypochondriasis diduga ketika orang yang sehat dengan gejala ringan diasyikkan dengan gejala-gejala yang spesifik dan tidak bereaksi untuk ditentramkan kembali hatinya setelah evaluasi seksama. Hubungan pribadi dan performa kerja seringkali menderita sebagaimana orang tersebut menjadi semakin terarah dengan isu kesehatan
DIAGNOSA
Diagnosa pada Hypochondriasis dipastikan ketika keadaan berlangsung lama setidaknya 6 bulan dan gejala-gejala orang tersebut tidak dapat dihubungkan dengan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya.
Depresi
Menurut Nasional Insitute of Mental Health (dalam Siswanto, 2002), gangguan depresi dipahami sebagai suatu penyakit tubuh yang menyeluruh (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan dan pikiran. Ini berpengaruh terhadap cara makan dan tidur, cara seseorang merasa mengenai dirinya sendiri dan cara orang berpikir mengenai sesuatu. Gangguan depresi tidak sama dengan suasana murung (blue mood). Ini juga tidak sama dengan kelemahan pribadi atau suatu kondisi yang dapat dikehendaki atau diharapkan berlaku. Orang dengan penyakit depresi tidak dapat begitu saja ”memaksa diri mereka sendiri” dan menjadi lebih baik. Leitenberg & Wilson (1986) menyatakan bahwa mereka yang depresi menunjukkan kontrol diri rendah, yaitu evaluasi diri yang negatif, harapan terhadap performance rendah, suka menghukum diri dan sedikit memberikan hadiah terhadap diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Beck (1985) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami depresi karena pada awal perkembangannya ia memperoleh skema kognitif dengan karakteristik berupa rendahnya penilaian terhadap diri sendiri dan tidak adanya keyakinan mengenai masa depannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa depresi adalah suatu kelompok gangguan klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subyektif adanya penderitaan berat, simtom-simtom yang muncul seperti kesedihan, keputusasaan, perasaan tidak berharga dan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, gangguan makan, gangguan tidur, menarik diri, kehilangan konsentrasi, ide yang meloncat-loncat, tegang, kehilangan energi dan munculnya pikiran atau ide bunuh diri. Penelitian ini mengacu pada definisi dari teori Beck yang menyatakan bahwa depresi menunjuk pada suasana mood yang depresif, konsep diri negatif, keinginan-keinginan regresif serta adanya perubahan-perubahan vegetatif dan perubahan pada tingkat aktivitas.
BENTUK-BENTUK DEPRESI
Dalam psikiatri, gangguan depresi dibedakan dalam dua bentuk. Pertama adalah bentuk gangguan depresi yang ditandai dengan episode depresi. Dalam bentuk ini depresi muncul dalam gejala-gejala seperti rasa sedih, tidak berdaya, murung, munculnya perasaan bersalah dan berdosa. Jika depresinya semakin berat maka akan timbul perasaan putus asa diikuti munculnya keinginan mati dan ide bunuh diri. Kedua berupa gangguan depresi bipolar yang kadang disebut juga dengan gangguan manic depresif, yang ditandai dengan perubahan drastis antara manic dan depresi, The Encarta Desk Encyclopedia (dalam Sulistyorini, 2005).
Martin (dalam Hadi 2004), menyebutkan ada tiga jenis depresi, yaitu :
1.Depresi eksogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari luar, seperti “kehilangan” sesuatu atau seseorang
2.Depresi endogenus, adalah depresi yang terjadi karena faktor dari dalam, seperti gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf
3.Depresi neurotik, adalah depresi yang terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stres dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.
Masculinity - Femininity
Dimensi ini terkait dengan pembagian peran antar gender dalam masyarakat. Maskulinitas mengindikasikan kecenderungan suatu masyarakat untuk menunjukkan kebanggaan personal melalui prestasi, ketegasan, heroisme, kesuksesan finansial dan material.
Di sisi lain, femininitas mengindikasikan kecenderungan suatu masyarakat terhadap hubungan kekeluargaan, kesederhanaan, kepedulian terhadap yang lemah, dan kesetaraan hidup serta pelestarian lingkungan.
Paranoia
Istilah paranoia berasal dari dua kata Yunani yang terpisah, para yang berarti di luar, dan nous yang bermakna pikiran. Gabungan kedua kata ini pada awalnya berarti, gila-di luar pemikiran yang wajar dan rasional. Sekarang istilah paranoia merujuk kepada ketakutan tak berdasar dan tak rasional.
GEJALA
Dalam kadar yang rendah, gangguan paranoia biasanya berwujud kecurigaan yang berlebihan. Penderita paranoia yang ringan masih bisa bekerja dan berkeluarga namun pada umumnya lingkup kehidupannya terbatas. Ia sukar mempercayai orang yang berada di luar lingkar kepercayaannya. Ia senantiasa bertanya-tanya apakah yang sesungguhnya terkandung di balik perkataan atau perbuatan orang.
Di dalam kadar yang tinggi, penderita paranoia mengembangkan dan hidup dalam delusi-pemikiran tidak rasional dan jauh dari realitas-yang berisikan ketakutan. Pada umumnya ketakutan penderita paranoia bertema ancaman-seseorang atau sekelompok orang tengah merancang rencana untuk mencelakakannya. Biasanya penderita paranoia dapat membingkai cerita yang mendetail tentang bagaimanakah caranya orang atau kelompok ini berusaha mencelakakannya. Agar ia terselamatkan dari rancangan "jahat" itu, maka ia pun menciptakan sebuah rencana balasan untuk menyingkapkan rancangan jahat itu dan menyelamatkan dirinya dari kejaran "orang jahat" itu.
ASAL-MUASAL
Gangguan paranoia dapat ditimbulkan oleh lingkungan yang mencekam yang mengharuskan pribadi itu hidup dalam ketakutan untuk waktu yang berkepanjangan. Pada akhirnya benaknya penuh ketakutan dan untuk melindungi diri dari kemungkinan datangnya bahaya, maka ia harus senantiasa berjaga-jaga-mencurigai orang. Namun dalam kadar yang besar, gangguan paranoia bersumber dari senyawa kimiawi di otak yang acap diwariskan dari garis keturunan.
DAMPAK
Siapa pun yang pernah hidup dengan penderita paranoia tahu betapa sulitnya hidup dengannya. Apa pun yang kita katakan untuk meyakinkannya bahwa pikirannya keliru, tidaklah akan membawa hasil. Dampak terburuk adalah bila ia menganggap bahwa kitalah sumber ancaman baginya. Ia dapat melarikan diri dari hadapan kita atau ia berupaya untuk menyerang kita terlebih dahulu. Atau dampak lainnya adalah jika ia beranggapan bahwa ia harus melindungi kita dari ancaman luar, maka ia akan membangun benteng untuk memisahkan kita dari dunia luar.
PENANGANAN
Gangguan ini dapat diobati namun sukar disembuhkan. Dengan bantuan obat maka delusi ketakutannya dapat ditekan namun ketakutan dan kecurigaan bisa muncul kembali sewaktu-waktu.
Psychasthenia
Psychasthenia adalah gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Gejala penyakit ini terdiri dari :
1.Phobia
phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan, penderita tidak tahu mengapa takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang, sehingga ia semakin merasa cemas. Diantara phobia yang terkenal ialah takut berada di tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah orang ramai, melihat darah, binatang kecil, kotoran dan sebagainya.
2.Obsesi
yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa dihindarinya. Misalnya seorang gadis yang merasa bahwa ia akan sengsara saja. Apabila ia sedang menimba air maka ia merasa akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula bahwa hidupnya selalu diliputi kesusahan.
Dalam penelitian terbukti bahwa si gadis tersebut adalah anak yang sangat dimanja, akan tetapi terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya. Kegagalan dalam penyesuaian diri akibat perpisahan itu, menyebabkan ia merasa sangat kecewa dan selalu menyalahkan nasibnya.
3.Kompulsif
kompulsif adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka penderita akan merasa gelisah dan cemas, kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan, gejalanya banyak seperti ;
a.repetitive compulsive
orang terpaksa mengulang-ngulang pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua pengulangan dianggap sebagai gangguan jiwa. Pengulangan yang termasuk gangguan jiwa ialah apabila kelakuan itu mempengaruhi hubungan sosialnya, dalam mencapai suatu kebutuhan atau keinginannya. Disamping itu ia terpaksa pula mengeluarkan tenaga lebih banyak dari kebutuhan pekerjaannya, karena untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya, ia terpaksa mengulang ulanginya kembali.
Banyak juga orang yang dapat menahan perasaan ingin mengulang-ngulang itu, dan menyalurkan keinginannya itu ke arah yang bermanfaat dan sesuai dengan alam sekitarnya.tetapi bila keadaannya terganggu, maka kecemasannya bertambah dan keinginannya untuk mengulang-ulangi itubertambah kuat.
b.serial compulsive
Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan tertentu dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya dalam berpakaian, harus dimulai dengan pakai sepatu, kain, baju dan seterusnya. Jika ia merubah urutan-urutan itu, ia akan merasa cemas sekali., ia tidak akan merasa tenang, sebelum mengulang kembali dari semula. Demikian pula halnya dengan membuka pakaian.
c.compulsive ordelinenese
Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seseorang akan merasa terganggu bila buku-buku dalam almarinya diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia akan merasa gelisah.
d.copulsive magic
Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu sebelum melakukan suatu pekerjaan. Seandainya ia terlanjur malakukan suatu pekerjaan tanpa membaca kalimat-kalimat itu, ia akan merasa cemas dan gelisah. Untuk menghilangkannya ia terpaksa mengulangi pekerjaannya itu dengan terlebih dahulu membaca kalimat-kalimat tersebut.
e.kleptomania
Penderita terpaksa mencuri baran orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindari dirinya dari tindakan itu. Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orang tuanya terlalu keras, terlalu disiplin, atau kurang memperhatikan anak-anaknya.
f. fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yan berlainan. Misalnya orang laki-laki yang suka menyimpan sapu tangan, sepatu atau rambut wanita, yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam perasaannya.
g.compulsive yang berhubungan dengan seksuil
Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama, seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua orang yang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.
Schizoprenia
Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial. Schizophrenia lebih sering terjadi daripada penyakit Alzheimer, penyakit gula, atau multiple sklerosis.
Beberapa ciri-ciri kekacauan merupakan bagian dari gejala Schizophrenia. Kekacauan yang menyerupai Schizophrenia, tetapi dengan gejala yang ada kurang dari 6 bulan, hal ini disebut Schizophreniform.
Kekacauan dengan lama kegilaan berakhir sedikitnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan disebut penyakit psikosis singkat.
Suatu kekacauan ditandai oleh adanya perasaan, seperti depresi atau keranjingan, serta gejala schizophrenia yang lebih khas disebut schizoaffective.
Suatu kekacauan watak yang mungkin mirip dengan gejala Schizophrenia, tetapi dengan gejala umum yang tidak begitu hebat seperti kriteria untuk kegilaan, disebut schizotypal kekacauan watak.
JENIS-JENIS SCHIZOPHRENIA
Schizophrenia paranoid ditandai dengan keasyikan dengan khayalan atau halusinasi pendengaran; berbicara ngawur dan emosi yang aneh menonjol.
Hebephrenic atau Schizophrenia tidak teratur ditandai dengan berbicara ngawur, kelakuan aneh, dan emosi datar yang aneh.
Schizophrenia Catatonic didominasi dengan gejala fisik seperti keadaan tak bergerak, gerak tubuh berlebihan, atau melakukan postur aneh.
PENYEBAB
Meskipun penyebab spesifik Schizophrenia tidak diketahui, kekacauan ini secara jelas mempunyai dasar biologi.
Banyak teori menyetujui model ”vulnerability-stress”, dimana schizophrenia sering terjadi pada orang yang secara biologis lemah. Apa yang membuat orang yang lemah menjadi Schizophrenia belum diketahui tetapi mungkin termasuk kecenderungan genetik; masalah setelah, selama, atau sesudah kelahiran; atau infeksi virus otak.
Kesulitan dalam mengolah informasi, ketidakmampuan untuk memberi perhatian, ketidakmampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima secara sosial, dan ketidakmampuan untuk menanggulangi masalah umum mungkin menunjukkan kelemahan.
Di model ini, tekanan lingkungan, seperti peristiwa kehidupan menegangkan atau bagian masalah mendasar yang salah, menjadi pemicu datangnya dan kambuhnya Schizophrenia pada individu yang lemah.
GEJALA
Secara umum, gejala terbagi dalam tiga kelompok utama; khayalan dan halusinasi; pikiran yang kacau dan tabiat yang aneh; dan dengan gejala yang minim dan negatif.
Khayalan adalah kepercayaan palsu yang biasanya meliputi salah tafsir persepsi atau pengalaman. Misalnya, penderita Schizophrenia mungkin mengalami khayalan, percaya bahwa mereka sedang disiksa, diikuti, diperdayakan, atau dimata-matai.Mereka mungkin mempunyai referensi khayalan, percaya bahwa bagian dari buku, koran, atau syair lagu ditujukan secara khusus untuk mereka.
Mereka mungkin mempunyai khayalan pemikiran yang terbalik atau pikiran disisipi, percaya bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, bahwa pikiran mereka sedang ditransfer ke orang lain, atau bahwa pikiran dan gerak hati mereka sedang dipaksakan pada oleh pihak lain.
Halusinasi baik, penglihatan, bau, rasa, atau sentuhan mungkin terjadi, meskipun halusinasi suara (halusinasi pendengaran) adalah yang sering terjadi.
Penderita mungkin “mendengar” suara yang mengomentari kelakuannya, berbicara dengan satu sama lain, atau membuat komentar kritis dan kasar terhadapnya.
Kekacauan pikiran berkaitan dengan pikiran yang berantakan, yang tampak kalau berbicara bertele-tele, bergeser dari satu topik kepada lainnya, dan kehilangan arah tujuannya. Kemampuan bicara mungkin dengan perlahan menjadi tak teratur atau betul-betul membingungkan dan tak dapat dipahami.
Kelakuan aneh mungkin berubah bentuk menjadi kebodohan kanak-kanak, kegelisahan, atau penampilan, kebersihan, atau berlagak yang tak pantas.
Gejala defisit atau negatif Schizophrenia termasuk tidak terpengaruh, kemunduran ketrampilan berbicara, anhedonia, dan antisosial.
Tidak terpengaruh, seperti emosi yang datar. Mimik penderita mungkin tak beremosi; kontak mata buruk dan kesulitan mengekspresikan perasaan. Peristiwa yang umumnya membuat orang tertawa atau menangis tak diresponnya.
Kemunduran ketrampilan berbicara sesuai dengan kemunduran pemikiran yang menyebabkan penurunan keterampilan berbicara. Jawaban terhadap pertanyaan mungkin ketus, satu dua kata, membuat kesan kekosongan dalam.
Anhedonia merujuk pada ketidakmampuan menikmati kesenangan; penderita mungkin kurang tertarik pada hobinya dan melewatkan lebih banyak waktu tanpa tujuan.
Asosial adalah kurangnya ketertarikan untuk berhubungan dengan orang lain.
Gejala-gejala negatif ini sering dihubungkan dengan kehilangan motivasi, pencapaian maksud, dan cita-cita.
Hypomania
Penderita kelainan bipolar yang mengalami perpindahan suasana di antara depresi berat dan “tinggi” dikenal sebagai mania atau lebih rendah yang dikenal sebagai hypomania. Gejala-gejala yang tinggi termasuk merasa terganggu, suasana hati yang meningkat disertai dengan turunnya kebutuhan untuk tidur, menyerocos dan tingkah laku kasar yang dipicu oleh pertimbangan yang buruk sehingga mengakibatkan konsekuensi yang menyakitkan bagi mereka sendiri atau orang-orang yang dikasihinya.
Minggu, 24 Januari 2010
Asumsi dasar yang digunakan dalam tes Rorschach adalah : ada hubungan antara persepsi seseorang dengan kepribadiannya. Jika seseorang melihat suatu benda yang tidak pasti atau tidak tentu bentuknya, maka dia akan cenderung memberikan interpretasi berdasarkan apa yang ada dalam dirinya. Lewat persepsinya itu dia akan memproyeksikan kebutuhan-kebutuhannya, pengalaman-pengalamannya maupun pola-pola respon yang menjadi kebiasaannya, yang sering tidak disadari.
Bercak tinta yang banyak arti (ambiguous) dan tidak berstruktur (unstructured) bentuknya memberikan banyak peluang bagi subjek untuk mempersepsikannya secara personal. Respon yang diberikan lebih bersifat spontan atau tidak dipelajari lebih dulu. Apalagi dengan kondisi yang bebas, tanpa dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Cara seseorang mengorganisir atau menyusun bercak itu akan menggambarkan bagaimana fungsi aspek-aspek psikologisnya yang fundamental. Klopfer (1962) memberikan contoh apabila seseorang dalam kehidupan sehari-hari menolak mengadakan kontak dengan orang lain, maka kemungkinan dia tidak akan melihat gambar manusia pada bercak-bercak tes Rorschach. Jawabannya akan lebih banyak tentang mesin-mesin, gambar-gambar botani, gunung yang tinggi dengan awan-awannya. Demikian juga orang yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak mau terlibat dalam suatu persoalan dan lebih suka menjadi penonton saja, maka dia akan memberikan perhatian pada bagian-bagian pinggir dari bercak tinta itu.
Bercak tinta Rorschach terdiri dari 10 kartu dan sudah distandardisir, kartu-kartu tersebut dapat digunakan sebagai alat assesmen kepribadian seseorang. Bercak-bercak itu sekarang telah dicetak di atas kertas tebal berwarna putih sebagai dasarnya, kartu berukuran panjang 24½ cm ( 9½ inci ) dan lebarnya 17 cm ( 6¾ inci). Sepuluh kartu tersebut dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.Kartu achromatik. Kelompok kartu ini hanya mempunyai warna hitam, putih dan abu-abu. Yaitu kartu I, IV, V, VI, VII.
2.Kartu chromatik. Kelompok kartu ini mempunyai aneka warna seperti merah, biru, hijau, kuning dan sebagainya. Kartu ini terdiri dari kartu II, III, VIII, IX, dan X.
Meskipun dapat dikelompokkan menjadi 2 seperti keterangan di atas, masing-masing bercak tinta Rorschach juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sering disebut sebagai individual properties atau karakteristik kartu. Berikut ini adalah sedikit penjelasan dan gambar dari masing-masing kartu :
Kartu I
Kartu I termasuk kartu akromatik, terdapat bercak besar yang berwarna hitam keabu-abuan dengan empat lubang putih yang menyolok di tengah. Reaksi pertama testee biasanya akan menggunakan keseluruhan bercak itu dan melihatnya sebagai mahkluk bersayap. Testee yang imajinasinya baik, kadang-kadang dapat melihat gerakan manusia. Jarang sekali testee mengamati bagian yang kecil atau menggunakan bagian yang putih secara terpisah. Pada umumnya bagian yang putih ini digunakan sebagai bagian dari keseluruhan bercak.
Di samping mahkluk bersayap, bercak ini memungkinkan dipersepsi sebagai manusia, khususnya wanita, yaitu pada bagian tengah. Orang-orang yang terlalu menaruh perhatian pada tubuhnya biasanya akan melihat keseluruhan bercak itu sebagai tulang pinggul. Kadang-kadang testee menggunakan bagian kecil di tengah sebelah atas untuk jawaban ‘tangan’. Wajah orang kadang juga dilihat pada bagian sisi dari bercak. Subjek yang tidak mampu memberikan jawaban secara keseluruhan untuk kartu I ini, indikasi kemampuan penyesuaian diri terhadap situasi yang baru kurang.
Kartu II
Kartu II adalah kartu pertama yang mempunyai warna, meskipun hanya warna merah saja. Biasanya testee memberi jawaban dengan menggunakan bagian-bagian bercak itu secara terpisah. Hanya testee yang mempunyai perhatian dan kemampuan mengorganisir yang baik, yang menggunakan bercak secara keseluruhan. Bagian hitam sering direspon sebagai manusia atau binatang yang sedang bergerak (aktif). Sedangkan bagian putih di tengah maupun di atasnya biasanya menarik perhatian testee untuk meberi jawaban sebagai ‘pesawat’. Kupu-kupu sering muncul pada bagian bercak yang berwarna merah di bawah, sedangkan bagian atas dan bagian bawah sering menimbulkan kesan organ sex.
Kartu III
Kartu III terdiri dari dua bagian berwarna hitam keabu-abuan yang terpisah dan dihubungkan oleh warna abu-abu muda. Di antara kedua bagian itu terdapat bercak merah yang cukup jelas. Dibandingkan dengan kartu I dan II, kartu III ini tampak terpisah-pisah secara jelas dan lebih sugestif, sehingga lebih mudah untuk memberikan respon. Oleh karena itu kartu ini sering disebut sebagai “kartu penolong” (recovery card). Terutama untuk subjek yang mengalami kesulitan dengan kartu I. Pada kartu III ini testee jarang menggunakan bercak tinta secara keseluruhan untuk memberikan jawaban.
Dalam memberikan respon, kebanyakan orang akan menggunakan bagian yang hitam untuk melihat manusia yang sedang bergerak. Bagian merah di tengah sering dilihat sebagai dasi, pita rambut atau kupu-kupu. Bagian abu-abu di tengah sering dijawab seperti kepiting atau sesuatu yang diperebutkan dua orang di kiri dan kanannya.
Kartu IV
Bercak tinta pada kartu ini menimbulkan kesan besar, berat, utuh, massive. Berwarna hitam dengan shading yang kuat dan jelas bentuknya, sehingga sering membingungkan subjek. Respon yang sering muncul adalah monster, raksasa, gorilla yang sedang duduk atau berjalan mendekat. Kadang pula direspon sebagai hutan yang lebat dengan gunung dan danau-danau. Karena bentuknya yang berkesan besar dan kuat, kadang-kadang juga menakutkan dan ada unsur berkuasa, namun ada juga unsur sebagai tempat bergantung, maka kartu ini disebut sebagai father card.
Kartu ini cenderung dijawab secara keseluruhan. Pada bagian atas dan bawah sering muncul jawaban yang berhubungan dengan sex.
Bila shading tidak mengganggu, maka dapat menimbulkan kesan lembut dan halus seperti misalnya selimut atau mantel bulu.
Kartu V
Bentuk bercak dalam kartu ini sangat jelas dan hampir semua berwarna hitam pekat, shading tidak kuat, warnanya hitam rata. Kebanyakan testee akan mudah sekali memberikan respon, terutama bagi yang mengalami kesulitan memberikan respon pada kartu sebelumnya. Oleh karena itu kartu ini juga disebut sebagai “kartu penolong” (recovery card) seperti kartu III.
Bagi testee yang mengalami kesulitan memberikan jawaban, kemungkinan dia terganggu dengan warna hitam yang pekat itu; keadaan ini disebut sebagai black shock.
Jawaban yang sering muncul adalah mahkluk bersayap, kelelawar, atau kupu-kupu yang sedang bergerak. Bagian kecil di bawah kadang direspon sebagai kepala binatang atau kaki manusia.
Kartu VI
Kartu ini disebut sebagai sex card, karena bagian atas sering dipersepsi sebagai alat kelamin pria dan di bagian bawah seperti alat kelamin wanita, juga bagian-bagian lain yang sangat memungkinkan menimbulkan kesan hal-hal yang berhubungan dengan sex, dengan kata lain banyak fasilitas sexual dalam kartu ini. Mungkin organ sex atau aktivitas atau hal-hal lain yang berhubungan dengan sexual. Kualitas shading kartu ini sangat jelas, sehingga jawaban yang mengandung shading banyak muncul. Misalnya keseluruhan bercak sering direspon sebagai selimut berbulu yang lembut atau hangat, kulit kambing yang dikeringkan dengan penjelasan mengenai bulunya. Bagi testee yang mempunyai masalah sexual, kemungkinan kartu ini sangat mengganggu sehingga menolak memberi jawaban.
Kartu VII
Bercak tinta pada kartu VII ini mempunyai kesan ringan dan lembut. Warnanya abu-abu muda dengan sedikit bagian agak gelap di bagian tengah bawah. Kartu ini memungkinkan testee memberikan respon secara keseluruhan berupa awan dan asap. Respon yang sering muncul adalah figure manusia, terutama wanita, yang sedang bergerak atau binatang yang mempunyai bulu lembut. Bagian tengah bawah yang agak gelap kadang direspon sebagai organ sex wanita.
Karena banyak berkaitan dengan kewanitaan (feminitas) dan kelembutan (sosok manusia sering terlihat di dalamnya yang digambarkan seperti wanita atau anak-anak), maka kartu ini disebut sebagai mother card.
Kartu VIII
Kartu VIII ini adalah kartu pertama yang seluruhnya berwarna, warnanya tidak hanya merah saja seperti pada kartu II dan III, tetapi juga ada warna-warna yang lain. Bentuknya agak kecil dan menyatu dengan beberapa bagian yang jelas dan terpisah : bagian atas berwarna abu-abu kehijau-hijauan, bagian tengah berwarna biru, bagian bawah berwarna merah muda dan orange dan bagian samping kiri dan kanan berwarna merah muda.
Bagian samping berwarna merah muda sering direspon sebagai bentuk binatang berkaki emmpat yang sedang bergerak (misalnya harimau, musang, tikus, dan hewan sejenis ; bukan buaya, cecak atau ikan). Bagian-bagian lain dapat dijadikan sebagai jawaban jika tidak digunakan secara bersama-sama. Memang agak sulit untuk memberikan jawaban secara keseluruhan pada kartu ini, karena bercak-bercaknya yang terpisah.
Kartu IX
Bercak tinta pada kartu ini menimbulkan kesan besar dibandingkan dengan bercak pada kartu VIII maupun kartu-kartu yang lain, tetapi bentuk atau strukturnya tidak jelas, sehingga sulit untuk dibedakan bagian-bagiannya. Warna-warnanya saling bertumpang tindih atau tercampur dan struktur bercak yang tidak jelas membuat beberapa testee mengalami kesulitan untuk memberikan jawaban secara keseluruhan atau memilih bagian-bagian tertentu. Hanya orang yang mempunyai tingkat intelektual yang cukup tinggi atau di atas rata-rata saja yang mampu memberikan jawaban dengan baik (jawaban berkualitas baik). Oleh karena itu kartu ini disebut intelectual blocking card.
Respon pada kartu ini sangat bervariasi, bahkan dibanding kartu yang lain, variasi jawabannya paling besar. sehingga jawaban dari kartu ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasi keadaan testee secara cepat, terutama interpretasi keadaan intelectualnya.
Kartu X
Pada kartu ini warna-warna tersebar secara terpisah, sehingga sulit bagi testee untuk melihat bercak sebagai suatu yang utuh. Kalau tetee mempunyai kemampuan mengorganisasikan bercak dengan baik, respon yang sering muncul adalah palet seorang pelukis atau pemandangan di bawah laut. Tetapi pada umumnya testee memberikan jawaban secara terpisah-pisah. Jawaban “ulat/ular yang berwarna hijau” sering muncul pada bagian tengah yang berwarna hijau dan bentuknya memanjang, sedangkan bagian kecil dari bercak hijau ini yang berwarna lebih muda sering dijawab sebagai hewan bertelinga panjang. Bagian luar yang berwarna biru sering direspon sebagai hewan berkaki banyak misalnya “kepiting”. Bagian-bagian lain juga banyak yang memberikan kesan sebagai binatang. Respon manusia jarang dilihat, kecuali pada bagain besar di tengah yang berwarna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). The Rorschach Test. http : // www.DeltaBravo.net. Diakses tanggal 25 Desember 2009
Subandi, M.A., & Ratna, W. (2001). Tes Rorschach administrasi dan skoring. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Bercak tinta yang banyak arti (ambiguous) dan tidak berstruktur (unstructured) bentuknya memberikan banyak peluang bagi subjek untuk mempersepsikannya secara personal. Respon yang diberikan lebih bersifat spontan atau tidak dipelajari lebih dulu. Apalagi dengan kondisi yang bebas, tanpa dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Cara seseorang mengorganisir atau menyusun bercak itu akan menggambarkan bagaimana fungsi aspek-aspek psikologisnya yang fundamental. Klopfer (1962) memberikan contoh apabila seseorang dalam kehidupan sehari-hari menolak mengadakan kontak dengan orang lain, maka kemungkinan dia tidak akan melihat gambar manusia pada bercak-bercak tes Rorschach. Jawabannya akan lebih banyak tentang mesin-mesin, gambar-gambar botani, gunung yang tinggi dengan awan-awannya. Demikian juga orang yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak mau terlibat dalam suatu persoalan dan lebih suka menjadi penonton saja, maka dia akan memberikan perhatian pada bagian-bagian pinggir dari bercak tinta itu.
Bercak tinta Rorschach terdiri dari 10 kartu dan sudah distandardisir, kartu-kartu tersebut dapat digunakan sebagai alat assesmen kepribadian seseorang. Bercak-bercak itu sekarang telah dicetak di atas kertas tebal berwarna putih sebagai dasarnya, kartu berukuran panjang 24½ cm ( 9½ inci ) dan lebarnya 17 cm ( 6¾ inci). Sepuluh kartu tersebut dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.Kartu achromatik. Kelompok kartu ini hanya mempunyai warna hitam, putih dan abu-abu. Yaitu kartu I, IV, V, VI, VII.
2.Kartu chromatik. Kelompok kartu ini mempunyai aneka warna seperti merah, biru, hijau, kuning dan sebagainya. Kartu ini terdiri dari kartu II, III, VIII, IX, dan X.
Meskipun dapat dikelompokkan menjadi 2 seperti keterangan di atas, masing-masing bercak tinta Rorschach juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sering disebut sebagai individual properties atau karakteristik kartu. Berikut ini adalah sedikit penjelasan dan gambar dari masing-masing kartu :
Kartu I
Kartu I termasuk kartu akromatik, terdapat bercak besar yang berwarna hitam keabu-abuan dengan empat lubang putih yang menyolok di tengah. Reaksi pertama testee biasanya akan menggunakan keseluruhan bercak itu dan melihatnya sebagai mahkluk bersayap. Testee yang imajinasinya baik, kadang-kadang dapat melihat gerakan manusia. Jarang sekali testee mengamati bagian yang kecil atau menggunakan bagian yang putih secara terpisah. Pada umumnya bagian yang putih ini digunakan sebagai bagian dari keseluruhan bercak.
Di samping mahkluk bersayap, bercak ini memungkinkan dipersepsi sebagai manusia, khususnya wanita, yaitu pada bagian tengah. Orang-orang yang terlalu menaruh perhatian pada tubuhnya biasanya akan melihat keseluruhan bercak itu sebagai tulang pinggul. Kadang-kadang testee menggunakan bagian kecil di tengah sebelah atas untuk jawaban ‘tangan’. Wajah orang kadang juga dilihat pada bagian sisi dari bercak. Subjek yang tidak mampu memberikan jawaban secara keseluruhan untuk kartu I ini, indikasi kemampuan penyesuaian diri terhadap situasi yang baru kurang.
Kartu II
Kartu II adalah kartu pertama yang mempunyai warna, meskipun hanya warna merah saja. Biasanya testee memberi jawaban dengan menggunakan bagian-bagian bercak itu secara terpisah. Hanya testee yang mempunyai perhatian dan kemampuan mengorganisir yang baik, yang menggunakan bercak secara keseluruhan. Bagian hitam sering direspon sebagai manusia atau binatang yang sedang bergerak (aktif). Sedangkan bagian putih di tengah maupun di atasnya biasanya menarik perhatian testee untuk meberi jawaban sebagai ‘pesawat’. Kupu-kupu sering muncul pada bagian bercak yang berwarna merah di bawah, sedangkan bagian atas dan bagian bawah sering menimbulkan kesan organ sex.
Kartu III
Kartu III terdiri dari dua bagian berwarna hitam keabu-abuan yang terpisah dan dihubungkan oleh warna abu-abu muda. Di antara kedua bagian itu terdapat bercak merah yang cukup jelas. Dibandingkan dengan kartu I dan II, kartu III ini tampak terpisah-pisah secara jelas dan lebih sugestif, sehingga lebih mudah untuk memberikan respon. Oleh karena itu kartu ini sering disebut sebagai “kartu penolong” (recovery card). Terutama untuk subjek yang mengalami kesulitan dengan kartu I. Pada kartu III ini testee jarang menggunakan bercak tinta secara keseluruhan untuk memberikan jawaban.
Dalam memberikan respon, kebanyakan orang akan menggunakan bagian yang hitam untuk melihat manusia yang sedang bergerak. Bagian merah di tengah sering dilihat sebagai dasi, pita rambut atau kupu-kupu. Bagian abu-abu di tengah sering dijawab seperti kepiting atau sesuatu yang diperebutkan dua orang di kiri dan kanannya.
Kartu IV
Bercak tinta pada kartu ini menimbulkan kesan besar, berat, utuh, massive. Berwarna hitam dengan shading yang kuat dan jelas bentuknya, sehingga sering membingungkan subjek. Respon yang sering muncul adalah monster, raksasa, gorilla yang sedang duduk atau berjalan mendekat. Kadang pula direspon sebagai hutan yang lebat dengan gunung dan danau-danau. Karena bentuknya yang berkesan besar dan kuat, kadang-kadang juga menakutkan dan ada unsur berkuasa, namun ada juga unsur sebagai tempat bergantung, maka kartu ini disebut sebagai father card.
Kartu ini cenderung dijawab secara keseluruhan. Pada bagian atas dan bawah sering muncul jawaban yang berhubungan dengan sex.
Bila shading tidak mengganggu, maka dapat menimbulkan kesan lembut dan halus seperti misalnya selimut atau mantel bulu.
Kartu V
Bentuk bercak dalam kartu ini sangat jelas dan hampir semua berwarna hitam pekat, shading tidak kuat, warnanya hitam rata. Kebanyakan testee akan mudah sekali memberikan respon, terutama bagi yang mengalami kesulitan memberikan respon pada kartu sebelumnya. Oleh karena itu kartu ini juga disebut sebagai “kartu penolong” (recovery card) seperti kartu III.
Bagi testee yang mengalami kesulitan memberikan jawaban, kemungkinan dia terganggu dengan warna hitam yang pekat itu; keadaan ini disebut sebagai black shock.
Jawaban yang sering muncul adalah mahkluk bersayap, kelelawar, atau kupu-kupu yang sedang bergerak. Bagian kecil di bawah kadang direspon sebagai kepala binatang atau kaki manusia.
Kartu VI
Kartu ini disebut sebagai sex card, karena bagian atas sering dipersepsi sebagai alat kelamin pria dan di bagian bawah seperti alat kelamin wanita, juga bagian-bagian lain yang sangat memungkinkan menimbulkan kesan hal-hal yang berhubungan dengan sex, dengan kata lain banyak fasilitas sexual dalam kartu ini. Mungkin organ sex atau aktivitas atau hal-hal lain yang berhubungan dengan sexual. Kualitas shading kartu ini sangat jelas, sehingga jawaban yang mengandung shading banyak muncul. Misalnya keseluruhan bercak sering direspon sebagai selimut berbulu yang lembut atau hangat, kulit kambing yang dikeringkan dengan penjelasan mengenai bulunya. Bagi testee yang mempunyai masalah sexual, kemungkinan kartu ini sangat mengganggu sehingga menolak memberi jawaban.
Kartu VII
Bercak tinta pada kartu VII ini mempunyai kesan ringan dan lembut. Warnanya abu-abu muda dengan sedikit bagian agak gelap di bagian tengah bawah. Kartu ini memungkinkan testee memberikan respon secara keseluruhan berupa awan dan asap. Respon yang sering muncul adalah figure manusia, terutama wanita, yang sedang bergerak atau binatang yang mempunyai bulu lembut. Bagian tengah bawah yang agak gelap kadang direspon sebagai organ sex wanita.
Karena banyak berkaitan dengan kewanitaan (feminitas) dan kelembutan (sosok manusia sering terlihat di dalamnya yang digambarkan seperti wanita atau anak-anak), maka kartu ini disebut sebagai mother card.
Kartu VIII
Kartu VIII ini adalah kartu pertama yang seluruhnya berwarna, warnanya tidak hanya merah saja seperti pada kartu II dan III, tetapi juga ada warna-warna yang lain. Bentuknya agak kecil dan menyatu dengan beberapa bagian yang jelas dan terpisah : bagian atas berwarna abu-abu kehijau-hijauan, bagian tengah berwarna biru, bagian bawah berwarna merah muda dan orange dan bagian samping kiri dan kanan berwarna merah muda.
Bagian samping berwarna merah muda sering direspon sebagai bentuk binatang berkaki emmpat yang sedang bergerak (misalnya harimau, musang, tikus, dan hewan sejenis ; bukan buaya, cecak atau ikan). Bagian-bagian lain dapat dijadikan sebagai jawaban jika tidak digunakan secara bersama-sama. Memang agak sulit untuk memberikan jawaban secara keseluruhan pada kartu ini, karena bercak-bercaknya yang terpisah.
Kartu IX
Bercak tinta pada kartu ini menimbulkan kesan besar dibandingkan dengan bercak pada kartu VIII maupun kartu-kartu yang lain, tetapi bentuk atau strukturnya tidak jelas, sehingga sulit untuk dibedakan bagian-bagiannya. Warna-warnanya saling bertumpang tindih atau tercampur dan struktur bercak yang tidak jelas membuat beberapa testee mengalami kesulitan untuk memberikan jawaban secara keseluruhan atau memilih bagian-bagian tertentu. Hanya orang yang mempunyai tingkat intelektual yang cukup tinggi atau di atas rata-rata saja yang mampu memberikan jawaban dengan baik (jawaban berkualitas baik). Oleh karena itu kartu ini disebut intelectual blocking card.
Respon pada kartu ini sangat bervariasi, bahkan dibanding kartu yang lain, variasi jawabannya paling besar. sehingga jawaban dari kartu ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasi keadaan testee secara cepat, terutama interpretasi keadaan intelectualnya.
Kartu X
Pada kartu ini warna-warna tersebar secara terpisah, sehingga sulit bagi testee untuk melihat bercak sebagai suatu yang utuh. Kalau tetee mempunyai kemampuan mengorganisasikan bercak dengan baik, respon yang sering muncul adalah palet seorang pelukis atau pemandangan di bawah laut. Tetapi pada umumnya testee memberikan jawaban secara terpisah-pisah. Jawaban “ulat/ular yang berwarna hijau” sering muncul pada bagian tengah yang berwarna hijau dan bentuknya memanjang, sedangkan bagian kecil dari bercak hijau ini yang berwarna lebih muda sering dijawab sebagai hewan bertelinga panjang. Bagian luar yang berwarna biru sering direspon sebagai hewan berkaki banyak misalnya “kepiting”. Bagian-bagian lain juga banyak yang memberikan kesan sebagai binatang. Respon manusia jarang dilihat, kecuali pada bagain besar di tengah yang berwarna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). The Rorschach Test. http : // www.DeltaBravo.net. Diakses tanggal 25 Desember 2009
Subandi, M.A., & Ratna, W. (2001). Tes Rorschach administrasi dan skoring. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Jika kita mampu melihat dan menantang Matahari pada hari ini apakah kita termasuk orang yang sukses, ataukah bila kita bisa memiliki apa yang di inginkan dan tidak bisa dimiliki oleh orang banyak, itu yang disebut sukses? Sedangkan kegagalan berada di mana dia?
Pendek kata, gagal dan sukses adalah ritme hidup yang tidak terpisah dari kehidupan manusia, mereka berjalan beriringan selama manusia yang bersangkutan masih ingin menemukan atau mencapai apa yang dia inginkan. Semua orang yang telah mengubah Dunia ini, menjadikan kegagalan sebagai bagian dari hidupnya, dan mereka tidak putus asa. Dari sekian banyak kegagalan yang mereka alami, mereka jadikan kunci untuk kesuksesan mereka. Karena bagi mereka, orang yang benar-benar gagal adalah orang yang tidak mampu bangkit lagi dan hanya bisa terpuruk setelah dirinya tertimpa musibah atau merasa tidak diuntungkan oleh hidup ini. Tapi, yang terlihat dalam hidup ini terkadang kabur dari mata kita. Karena ada orang yang sudah mati-matian berusaha tapi belum juga membuahkan hasil, mungkinkah waktu dan keadaan juga berpengaruh dalam menghapus jejak kegagalan.
Jauh dari kemungkinan itu kalau kita merasa diri kita adalah orang yang gagal maka pernyataan itu adalah salah. Karena yang benar adalah bahwa semua orang memang pernah mengalami kegagalan, karena manusia memang produk kegagalan. Apa yang kita ciptakan berawal dari kegagalan, tapi seiring kegagalan tersebut pasti ada sesuatu yang bisa kita jadikan manfaat untuk merebut kesuksesan, yang pastinya kesuksesan yang diraih sebanding dengan usaha dan dari sudut pandang mana kita menyikapi kegagalan.
Ψ Berbagai Cara Menyikapi Kegagalan
1. Membiarkan
Cara penyikapan ini adalah menerima kegagalan dengan kualitas diri yang rendah, berupa membiarkan saja semua hal yang tidak menguntungkan dirinya terjadi. Sikap ini dihasilkan dari mentalitas yang rendah untuk mendobrak keadaan karena tidak memiliki motivasi untuk menemukan penyebab yang rasional atas kegagalannya. Bisa jadi motivasi itu erat kaitannya dengan level pengetahuan dan harapan yang dimiliki orang. Karena jawaban rasional tidak ditemukan, maka cara tunggal yang digunakan untuk memaafkan sikap demikian adalah menempatkan kegagalan dalam wilayah hidup yang tak tersentuh oleh upaya dirinya dengan meyakini takdir atau nasibnya.
2. Menolak
Penolakan dilakukan dalam bentuk menyalahkan orang lain, keadaan atau Tuhan sekalipun, karena dirasakan tidak adil memberi perlakuan. Biasanya penolakan itu terjadi akibat keseimbangan hidup yang kurang mendapat perhatian di tingkat intelektual, emosional atau spritual. Meskipun kegagalan dapat dilumpuhkan, tetapi akibat penolakan yang dilakukan, keseimbangan antara usaha dan hasil tidak sebanding.
3. Menerima
Cara penyikapan ketiga adalah yang paling ideal yaitu menerima kegagalan dengan kualitas yang tinggi. Di sini kegagalan adalah materi pembelajaran-diri atau kurikulum pendidikan situasi. Dalam hal ini tentu saja bukan berarti bahwa semakin banyak kegagalan semakin bagus tetapi yang ingin difokuskan adalah bagaimana individu menempatkan kegagalan sebagai proses yang menyertai realisasi gagasan.
Munculnya penyikapan yang beragam di atas tidak terjadi secara begitu saja tetapi dibentuk oleh beberapa faktor antara lain:
a. Lingkungan
Termasuk dalam kategori lingkungan adalah keluarga, masyarakat dan bangsa di mana kita menjadi salah satu komponen yang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi. Kualitas penyikapan lingkungan terhadap persoalan hidup secara umum tergantung tingkat pendidikan, nilai kebudayaan, atau peradaban yang membentuknya. Orang yang dibesarkan oleh lingkungan berbeda bagaimana pun punya format pandangan berbeda tentang persoalan hidup.
b. Sistem Struktural
Faktor sistem struktural yang mengatur organisasi, lembaga, atau perkumpulan sosial tertentu juga ikut berperan terutama membentuk karakter mentalitas individu dalam menghadapi hidup dan kegagalan pada khususnya. Mentalitas tinggi akan membentuk kepribadian di mana seseorang menjadi ‘the cause’ dari peristiwa hidup sementara mentalitas rendah akan membentuk kepribadian sebagai ‘the effect’.
c. Personal
Meskipun tidak bisa dinafikan pengaruh yang dimiliki oleh faktor lingkungan dan sistem struktural, tetapi pengaruh tersebut hanya bersifat menawarkan dan hanya faktor personal-lah yang menentukan keputusan. Sudah jelas kita rasakan, tidak semua pengaruh itu murni negatif atau positif sehingga peranan terbesar terdapat pada kemampuan kita untuk menghidupkan tombol ‘seleksi’ dan ‘pengecualian’ dalam memilih model penyikapan untuk mendukung di antara yang bekerja untuk merusak atau mandul.
Sebagai kata-kata akhir, kegagalan dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak pernah kita inginkan. Hanya kesuskesan yang kita inginkan, tapi untuk mendapatkannya kita harus menemui dan melewati kegagalan karena kegagalan bisa diibaratkan proses untuk kita mencapai kesuksesan, jadi tinggal diri kitalah yang sebaik-baiknya dalam menyikapi dan berusaha untuk mengubahnya.
Perubahan yang kita harapakan dari pembelajaran tentang arti kegagalan haruslah yang baik, agar kita bisa menjadi manusia yang baik pula.
Referensi
♦ www. Informasi Psikologi Online.com
Pendek kata, gagal dan sukses adalah ritme hidup yang tidak terpisah dari kehidupan manusia, mereka berjalan beriringan selama manusia yang bersangkutan masih ingin menemukan atau mencapai apa yang dia inginkan. Semua orang yang telah mengubah Dunia ini, menjadikan kegagalan sebagai bagian dari hidupnya, dan mereka tidak putus asa. Dari sekian banyak kegagalan yang mereka alami, mereka jadikan kunci untuk kesuksesan mereka. Karena bagi mereka, orang yang benar-benar gagal adalah orang yang tidak mampu bangkit lagi dan hanya bisa terpuruk setelah dirinya tertimpa musibah atau merasa tidak diuntungkan oleh hidup ini. Tapi, yang terlihat dalam hidup ini terkadang kabur dari mata kita. Karena ada orang yang sudah mati-matian berusaha tapi belum juga membuahkan hasil, mungkinkah waktu dan keadaan juga berpengaruh dalam menghapus jejak kegagalan.
Jauh dari kemungkinan itu kalau kita merasa diri kita adalah orang yang gagal maka pernyataan itu adalah salah. Karena yang benar adalah bahwa semua orang memang pernah mengalami kegagalan, karena manusia memang produk kegagalan. Apa yang kita ciptakan berawal dari kegagalan, tapi seiring kegagalan tersebut pasti ada sesuatu yang bisa kita jadikan manfaat untuk merebut kesuksesan, yang pastinya kesuksesan yang diraih sebanding dengan usaha dan dari sudut pandang mana kita menyikapi kegagalan.
Ψ Berbagai Cara Menyikapi Kegagalan
1. Membiarkan
Cara penyikapan ini adalah menerima kegagalan dengan kualitas diri yang rendah, berupa membiarkan saja semua hal yang tidak menguntungkan dirinya terjadi. Sikap ini dihasilkan dari mentalitas yang rendah untuk mendobrak keadaan karena tidak memiliki motivasi untuk menemukan penyebab yang rasional atas kegagalannya. Bisa jadi motivasi itu erat kaitannya dengan level pengetahuan dan harapan yang dimiliki orang. Karena jawaban rasional tidak ditemukan, maka cara tunggal yang digunakan untuk memaafkan sikap demikian adalah menempatkan kegagalan dalam wilayah hidup yang tak tersentuh oleh upaya dirinya dengan meyakini takdir atau nasibnya.
2. Menolak
Penolakan dilakukan dalam bentuk menyalahkan orang lain, keadaan atau Tuhan sekalipun, karena dirasakan tidak adil memberi perlakuan. Biasanya penolakan itu terjadi akibat keseimbangan hidup yang kurang mendapat perhatian di tingkat intelektual, emosional atau spritual. Meskipun kegagalan dapat dilumpuhkan, tetapi akibat penolakan yang dilakukan, keseimbangan antara usaha dan hasil tidak sebanding.
3. Menerima
Cara penyikapan ketiga adalah yang paling ideal yaitu menerima kegagalan dengan kualitas yang tinggi. Di sini kegagalan adalah materi pembelajaran-diri atau kurikulum pendidikan situasi. Dalam hal ini tentu saja bukan berarti bahwa semakin banyak kegagalan semakin bagus tetapi yang ingin difokuskan adalah bagaimana individu menempatkan kegagalan sebagai proses yang menyertai realisasi gagasan.
Munculnya penyikapan yang beragam di atas tidak terjadi secara begitu saja tetapi dibentuk oleh beberapa faktor antara lain:
a. Lingkungan
Termasuk dalam kategori lingkungan adalah keluarga, masyarakat dan bangsa di mana kita menjadi salah satu komponen yang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi. Kualitas penyikapan lingkungan terhadap persoalan hidup secara umum tergantung tingkat pendidikan, nilai kebudayaan, atau peradaban yang membentuknya. Orang yang dibesarkan oleh lingkungan berbeda bagaimana pun punya format pandangan berbeda tentang persoalan hidup.
b. Sistem Struktural
Faktor sistem struktural yang mengatur organisasi, lembaga, atau perkumpulan sosial tertentu juga ikut berperan terutama membentuk karakter mentalitas individu dalam menghadapi hidup dan kegagalan pada khususnya. Mentalitas tinggi akan membentuk kepribadian di mana seseorang menjadi ‘the cause’ dari peristiwa hidup sementara mentalitas rendah akan membentuk kepribadian sebagai ‘the effect’.
c. Personal
Meskipun tidak bisa dinafikan pengaruh yang dimiliki oleh faktor lingkungan dan sistem struktural, tetapi pengaruh tersebut hanya bersifat menawarkan dan hanya faktor personal-lah yang menentukan keputusan. Sudah jelas kita rasakan, tidak semua pengaruh itu murni negatif atau positif sehingga peranan terbesar terdapat pada kemampuan kita untuk menghidupkan tombol ‘seleksi’ dan ‘pengecualian’ dalam memilih model penyikapan untuk mendukung di antara yang bekerja untuk merusak atau mandul.
Sebagai kata-kata akhir, kegagalan dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak pernah kita inginkan. Hanya kesuskesan yang kita inginkan, tapi untuk mendapatkannya kita harus menemui dan melewati kegagalan karena kegagalan bisa diibaratkan proses untuk kita mencapai kesuksesan, jadi tinggal diri kitalah yang sebaik-baiknya dalam menyikapi dan berusaha untuk mengubahnya.
Perubahan yang kita harapakan dari pembelajaran tentang arti kegagalan haruslah yang baik, agar kita bisa menjadi manusia yang baik pula.
Referensi
♦ www. Informasi Psikologi Online.com
Langganan:
Postingan (Atom)